Masjid Raya Raudatul Abidin ini terletak ditengah Desa Mersam Kecamatan Mersam, Masjid ini awal pembangunnya dilaksanakan pada tahun 1889, oleh beberapah tokoh, antara lain :
Darwis
Mat Isin
Jusuh
Bidin
Darmawan
H. Kadir
H. Abdul
H. Mutali Amin
H. Samat
K.H. Darmawan Uwik
H. Dolan
B. Rahim.G
H. Abbas
H. Jalil.B
H. Said
K.H. Umar Datam
H. Ali Basah
H. Hasan,Ch
H. Hasan.B
H. Karim
H. Mat Nor Bukti Sejarah Masjid ini adalah sebatang kayu Bulian yang dihiasi dengan pahatan ukiran khas daerah Batang Hari yang pada saat itu merupakan tiang utama Kubah Masjid, yang terletak dihalaman depan Masjid.
Masjid ini didirikan oleh Muhammad Daud pada tahun 1885 M dan telah mengalami renovasi. masjid yang ada sekarang adalah hasil dari renovasi yang dilakukan masyarakat Desa Lopak Aur pada tahun 1957. Muhammad Daud mendirikan masjid ini untuk penyebaran ilmu agama di Desa Lopak Aur dan sekitarnya.
Masjid ini didirikan pada tahun 1944 M, Masjid ini pada awalnya diberi nama "Kampung Sumber Rejo", Nama ini sesuai dengan nama Kampung(Kelurahan) pada waktu itu yaitu Sumber Rejo. Pembangunan masjid ini melalui iuran suka rela dari masyarakat untuk membeli tanah milik Asmala yang akan dijadikan lokasi pembangunan masjid, dihalaman depan masjid terdapat monumen berbentuk segitiga yang berarti masjid ini didirakan oleh tiga pemimpin yaitu : Suprat, Tarmudi, dan Misdi.
Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari dulunya dikenal sebagai pusat pemerintahan kolonial Belanda di Jambi. Jejak pemerintahan belanda di kecamatan ini masih bisa ditemui hingga kini. Bukti peninggalan belanda itu berupa bangunan yang dikenal masyarakat dengan sebutan Benteng Tembesi. Lokasi Benteng Tembesi ini berada di Kelurahan Pasar Tembesi. Benteng Tembesi terdiri dari lebih kurang enam bangunan. Seluruh bangunan itu dibangun Belanda untuk kepentingan mereka. Bangunan itu berupa rumah sebagai tempat tinggal orang-orang Belanda, penjara kolonial belanda, gedung bioskop pemerintah kolonial Belanda, sumur tempat mengubur para tentara pejuang, gudang persenjataan dan bangunan-bangunan pendukung lainnya. Benteng ini dibangun Tahun 1901.
Penyebrangan Transportasi di Muara Tembesi Sebelum Pembangunan Jembatan Penyebrang Sungai Batanghari di Muara Tembesi, Dahulu Penyebrangan ini menggunakan Ponton untuk Membawa kendaraan yang akan menyebrangi sungai Batanghari.
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Batang Hari
MAKAM INI TERDAPAT DI TEMPAT PEMAKAMAN UMUM, YANG DISEKITARNYA TERDAPAT MAKAM-MAKAM PENDUDUK SEKITAR. DISEBELAHNYA TERDAPAT PULA MAKAM PANJANG YANG KONON ADALAH MAKAM ISTRI KERAMAT TINGGI. SAAT INI MAKAM TELAH DIPAGAR DENGAN BATU BATA DAN SEMEN YANG DILAKUKSN OLEH TMMD KE-LXX 0415 KODIM BATANG HARI. NISAN MAKAM TERBUAT DARI KAYU SUNGKAI YANG TELAH MEMFOSIL. UKURAN MAKAM P = 8.83 M L = 2.43 M T = 0.52 M
Nama Pemilik : MUSLAMAH Nama Pengelola : IBU MUSLAMAH
RUMAH INI BERDIRI DITENGAH DUSUN TELUK, DIPINGGIR JALAN DESA. BENTUK RUMAH ASLI MENURUT ADAT/BUDAYA MELAYU JAMBI. MENGGUNAKAN KAYU BULIAN PADA KUNSEN, DAN KAYU TEMBESU PADA DAUN PINTU, JENDELA, DAN LANTAI YANG DISERUT HALUS. PADA ATAP MENGGUNAKAN GENTENG TANAH. DIATAS JENDELA TERDAPAT VENTILASI DENGAN PAHATAN YANG DILAPISI KACA ES BERWARNA KUNING, HIJAU, BIRU DAN MERAH MUDA. GRENDEL PINTU DAN JENDELA TERBUAT DARI BAHAN KUNINGAN BERUKIR. TERDAPAT PULA GENTONG PENAMPUNGAN AIR YANG DIDUGA BERUSIA LEBIH KURANG 200 TAHUN. SAMPAI SAAT INI RUMAH INI MASIH DITEMPATI OLEH IBU MUSLAMAH.
Ir. H. Syahirsah, Sy dan Hj. Sofia Joesoef, SH resmi menjadi Bupati Batang hari dan Wakil bupati Batang hari periode 2016-2021 setelah dilantik dan diambil simpahnya oleh Gubernur Jambi H. Zumi Zola Zulkifli atas nama Mendagri, Rabu, 17 Februari 2016 di Pendopo Rumah dinas Gubernur Jambi di Jambi,
Foto ini adalah salah satu Gedung peninggal Belanda di Kabupaten Batang Hari tepatnya di Kecamatan Muara Tembesi, Dahulu gedung ini digunakan sebagai penjara oleh pemerintah kolenial Belanda yang di sebut Panis oleh masyarakat-masyarakat dahulu.