Masjid Baiturrahman ini didirikan di Desa Rantau Kapas Mudo Kecamatan Muara Tembesi pada tahun 1937 secara gotong royong oleh masyarakat setempat dipelopori oleh dua orang tokoh yaitu H. Sukur dan Muhammad Daud yang mewakafkan tanah dan sebagian hartanya untuk tegak dan berdirinya rumah ibadah ini. Masjid yang sebagian besar bangunannya menggunakan bahan kayu bulian ini didanai oleh H. Sukur dengan tukan sekaligus artsiteknya Kades Bongkok yang bernama asli M.Nur. Bahan pembuatan masjid ini langsung didatangkan dari rimbo Tanjung Marwo dengan menggunakan kerbau-kerbau penarik yang langusng didatangkan dari Rawas, Sumatra Selatan.
Masjid "SYUHADA" ini berdiri pada masa penjajahan Belanda tepatnya pada tahun 1918 M oleh tokoh-tokoh pada masa itu yang secara bahu membahu menyumbangkan tenaga pikiran dan harta bendanya untuk tegak dan berdirinya sebuah rumah ibadah (Masjid). Pada awalnya masjid ini dibangun bertiang atau panggung, namun pada tahun 1933 M dipugar dan menjadi bentuk bangunan seperti sekarang ini. Tokoh-tokoh yang menjadi bergark dan penyandang dana untuk membangun Masjid Syuhada ini antara lain :
H. Abdullah (Dolah) menyumbang 20 suku emas
H. Zainuddin (Din) 15 suku emas
H.Mu'in dan H. Sa'ib masing-masing menyumbang 5 suku emas
Masjid Raya Raudatul Abidin ini terletak ditengah Desa Mersam Kecamatan Mersam, Masjid ini awal pembangunnya dilaksanakan pada tahun 1889, oleh beberapah tokoh, antara lain :
Darwis
Mat Isin
Jusuh
Bidin
Darmawan
H. Kadir
H. Abdul
H. Mutali Amin
H. Samat
K.H. Darmawan Uwik
H. Dolan
B. Rahim.G
H. Abbas
H. Jalil.B
H. Said
K.H. Umar Datam
H. Ali Basah
H. Hasan,Ch
H. Hasan.B
H. Karim
H. Mat Nor Bukti Sejarah Masjid ini adalah sebatang kayu Bulian yang dihiasi dengan pahatan ukiran khas daerah Batang Hari yang pada saat itu merupakan tiang utama Kubah Masjid, yang terletak dihalaman depan Masjid.
Masjid ini didirikan oleh Muhammad Daud pada tahun 1885 M dan telah mengalami renovasi. masjid yang ada sekarang adalah hasil dari renovasi yang dilakukan masyarakat Desa Lopak Aur pada tahun 1957. Muhammad Daud mendirikan masjid ini untuk penyebaran ilmu agama di Desa Lopak Aur dan sekitarnya.
Masjid ini didirikan pada tahun 1944 M, Masjid ini pada awalnya diberi nama "Kampung Sumber Rejo", Nama ini sesuai dengan nama Kampung(Kelurahan) pada waktu itu yaitu Sumber Rejo. Pembangunan masjid ini melalui iuran suka rela dari masyarakat untuk membeli tanah milik Asmala yang akan dijadikan lokasi pembangunan masjid, dihalaman depan masjid terdapat monumen berbentuk segitiga yang berarti masjid ini didirakan oleh tiga pemimpin yaitu : Suprat, Tarmudi, dan Misdi.
Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari dulunya dikenal sebagai pusat pemerintahan kolonial Belanda di Jambi. Jejak pemerintahan belanda di kecamatan ini masih bisa ditemui hingga kini. Bukti peninggalan belanda itu berupa bangunan yang dikenal masyarakat dengan sebutan Benteng Tembesi. Lokasi Benteng Tembesi ini berada di Kelurahan Pasar Tembesi. Benteng Tembesi terdiri dari lebih kurang enam bangunan. Seluruh bangunan itu dibangun Belanda untuk kepentingan mereka. Bangunan itu berupa rumah sebagai tempat tinggal orang-orang Belanda, penjara kolonial belanda, gedung bioskop pemerintah kolonial Belanda, sumur tempat mengubur para tentara pejuang, gudang persenjataan dan bangunan-bangunan pendukung lainnya. Benteng ini dibangun Tahun 1901.